Bercinta dalam perspektif Islam
Soalan ;
Sejak akhir-akhir ini, saya merasa sangat bahagia. Kebahagiaan kerana kehadiran seorang insan dalam hati saya. Saya amat mengkagumi beliau kerana beliau seorang pemimpin pelajar, tidak ego dan amat menghormati wanita. Saya merisik merisik dari beberapa orang kawan, terbukti kiranya dia juga menaruh hati kepada saya. Satu hari kami bertemu muka, berbincang dan saya tidak dapat melupakannya sejak dari pertemuan itu. Satu perasaan aneh yang tidak pernah saya rasakan sebelum ini tiba tiba menyerbu dalam hati saya. Kawan kawan saya mengatakan saya kononya saya telah jatuh cinta. Adakah bercinta itu salah? Apakah perspektif Islam dalam menyikapi fenomena cinta?
Siti Murni, Bandar Baru Uda, Johor
Memiliki rasa cinta adalah fitrah
Cinta adalah sebahagian dari fitrah manusia. Orang yang kehilangan cinta dia tidak normal namun ramai juga yang menderita kerana cinta. Cinta memang sudah ada didalam diri kita. Bersyukurlah orang-orang yang diberi ‘cinta’ dan mampu menyikapi rasa cinta dengan tepat dan menurut syariah. Bercinta tidak salah jika di niatkan untuk menuju alam perkahwinan yang diredhai Allah.
Nabi Muhammad (saw) telah meninggalkan resipi ‘cinta’ yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud: "Wahai generasi muda, barang siapa di antara kalian telah mampu serta berkeinginan untuk bernikah,HENDAKLAH DIA BERNIKAH. Kerana sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukkan pandangan mata dan memelihara kemaluan. Dan barang siapa diantara kalian belum mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi penghalang untuk melawan gejolak nafsu."(HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Majjah, dan Tirmidzi).
Apabila kita telah membetulkan niat, maka kita mestilah menjadikan diri kita ‘solehah’, maka yang orang yang soleh akan datang menemui kita atau ditemukan oleh Allah. Kita wajib selalu ingat bahwa jodoh merupakan ‘qadha’ (ketentuan) Allah, manusia hanya boleh merancang, namun Allah yang jadi penentunya. Kita cuma dapat berusaha mencari jodoh yang baik menurut Islam. Menurut apa yang tertulis dalam dalam Al Qur'an: "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).
"Dijadikan indah pada pandangan manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia dan disisi Allah tempat kembali yang baik." (Al-Qur`an: Al-Imron ayat 14)
Cinta yang paling tinggi martabatnya adalah cinta kerana Allah, kita bertemu dan berpisah kerana Allah
Prof Madya Dr Mat Saat Baki, seorang pakar Psikologi pernah menulis;” Cinta itu berkembang. Kita tidak jatuh cinta. Cinta pandang pertama adalah satu metos. Sebenarnya perasaan cinta itu berkembang dari masa ke masa. Lebih lama kita memahami, mengenali seseorang itu, akan lebih dalam perasaan cinta. Namun menurut beberapa kajian dan perkongsian pengalaman, ternyata cinta pertama tidak diperlukan sebagai asas kebahagian tetapi boleh membantu untuk mencapai kebahagian….”
Tapi kalau tidak hati-hati cinta boleh mentulikan dan membutakan mata hati kita. Seperti dalam sebuah Hadith:”Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli (HR. Abu Daud dan Ahmad).
Dan juga sabda Nabi: "Hendaklah kita benar-benar memejaamkan mata dan memelihara kemaluan, atau nanti Allah benar-benar akan menutup rapat matamu."(HR. Tabrani).
Cinta yang selalu menjadi dugaan dan membawa padah ialah cinta yang lebih cenderung kepada maksiat. Cinta yang semakin mengelorakan hawa nafsu, makin berkurang rasa malu dan akhirnya terlanjur. Inilah yang paling berbahaya.Dari sinilah bermulanya fenomena cinta terlarang, seks tanpa nikah yang merosakkan jenerasi dan mencemar beberapa keturunan.
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Q. S. Al Isra' : 32)
Islam tidak melarang atau mengekang manusia dari rasa cinta tapi mengarahkan cinta agar berjalan di atas rel yang menjaga martabat kehormatan, baik wanita maupun laki-laki. Kalau kita jatuh cinta harus hati-hati karena seperti minum air laut semakin diminum semakin haus. Cinta yang sejati adalah cinta yang tumbuh setelah akad nikah.
Cara untuk kita mengendalikan rasa cinta adalah dengan menjaga pandangan, tidak berkhalwat atau berdua-duaan dalam bentuk apapun dan tidak saling bersentuhan apatahlagi bercium dan berpelukan, memang jelas haramnya. Seperti sabda Rasulullah (saw): "Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat (berduaan di tempat sepi), sebab syaitan menemaninya, janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali disertai dengan mahramnya." (HR. Imam Bukhari Muslim).
Jawapan disediakan oleh Ir Hjh Endok Sempo binti M Tahir
No comments:
Post a Comment